noscript-img

Sekilas Vikramashila

“Vikramashila, merupakan vihara atau tempat tinggal para bhiksu berupa bangunan besar bersegi empat yang setiap sisinya berukuran 330 meter dan memiliki stupa bata berbentuk silang di tengah vihara. Terdapat pintu masuk yang megah dari Utara dengan proyeksi (tonjolan) pada setiap sisi yang masing-masing mempunyai empat ruang. Atap pintu gerbang utama disokong pilar tinggi monolitik. Sekitar 70 meter sebelah Timur dari gerbang utama, ada gerbang belakang. Lorong sempit lainnya ditemukan di sayap Selatan dari vihara.”

“Vihara Vikramashila memiliki 208 ruangan, yakni 52 ruangan di masing-masing empat sisi yang menghadap beranda umum dan ada tangga di tengahnya yang turun menuju halaman. Ruangan-ruangan berukuran sekitar 4 meter persegi. Pada dinding luar vihara terdapat proyeksi (tonjolan) berbentuk menara bundar di sudut – proyeksi yang serupa tapi lebih kecil di empat sisi dengan interval yang teratur, di mana ada empat proyeksi bundar dan empat proyeksi segi empat di setiap sisi. Setiap proyeksi berisi tiga tempat tidur dengan jendela melengkung. Di tengah ketiga sayap, ada proyeksi-proyeksi bersegi empat yang lebih besar pada dinding luar dengan provisi tiga ruangan. Beberapa ruang bata melengkung ditemukan di bawah tanah, di bawah beberapa ruangan, yang mungkin merupakan ruang meditasi para bhiksu. Saluran air utama vihara terletak di sudut Timur Laut.”

“Sedikit ke Utara dari gerbang utama yang terhubung dengan jalan setapak adalah pintu gerbang kecil yang serasi sempurna dengan stupa induk dan gerbang utama. Di kedua sisi jalur gerbang utama menuju gerbang kecil, terdapat kumpulan stupa persembahan yang terbuat dari batu dan batu bata. Di area Utara menuju gerbang kecil, ada beberapa bangunan yang tersebar termasuk sebuah vihara bergaya Tibet dan sebuah kuil Hindu. Struktur-struktur ini dibangun dari bahan yang diambil di sekitar vihara setelah kehancurannya, yang menunjukkan bahwa bangunan-bangunan tersebut bermasa belakangan. Tinggalan-tinggalan dari pilar yang jatuh dan patah, yang lepas dari landasannya menunjukkan kerusakan yang disengaja sedangkan tumpukan lapisan abu yang tebal saat penggalian menunjukkan hancurnya vihara karena terbakar.”

“Sekitar 32 meter ke Selatan di sudut Tenggara yang terhubung dengan vihara utama melalui lorong sempit adalah suatu bangunan bersegi empat yang diidentifikasi sebagai gedung perpustakaan dengan pendingin air dari reservoir melalui serangkaian ventilasi di dinding belakang. Sistem pendingin ini mungkin dimaksudkan untuk menjaga naskah-naskah yang rapuh.”

“Mahavihara Vikramashila adalah sebanding dengan Mahavihara Somapura di Paharpur (Bangladesh), yang bermasa sama. Dari segi perencanaan, keduanya sangat mirip tapi Vihara Vikramashila lebih besar dan memiliki proyeksi-proyeksi pada dinding luar.”

Sisa-Sisa Tinggalan Vikramashila

“Tersebar di area seluas lebih dari 100 hektar, ini adalah sisa-sisa reruntuhan Mahavihara Vikaramshila, universitas tua terkemuka yang didirikan oleh raja dari Dinasti Pala, Raja Dharmapala di akhir abad VIII atau awal abad IX. Mahavihara ini mengalami masa kejayaan selama lebih kurang empat abad sebelum hancur di awal abad XIII Masehi. Adanya mahavihara ini terutama diketahui dari sumber-sumber Tibet, khususnya tulisan-tulisan dari Taranatha, seorang bhiksu sejarawan Tibet di abad XVI dan XVII.”

“Tempat ini diberi nama Vikramashila, mungkin dari julukan ‘Vikramshil’ yang diberikan kepada pendirinya yakni Raja Dharmapala, namun menurut tradisi, vihara ini dinamakan demikian karena Yaksha bernama Vikrama ditaklukkan di sini. Vikramashila juga dikenal sebagai universitas kerajaan (negara) karena donatur pertama, Dharmapala adalah seorang raja, juga gelar-gelar untuk para cendekiawan dianugerahkan oleh raja. Ini dikukuhkan dengan ditemukannya beberapa tanda segel selama pengalian, di mana terukir Sang Legenda, ‘Sri Rajagriha Mahavihare.’ Di Tibet, mungkin tempat ini terkenal dengan nama Mahavihara Vikramashila, sedangkan di India terkenal dengan nama Mahavihara Rajagriha.”

“Vikramashila adalah salah satu universitas Buddhis terbesar yang memiliki hubungan sangat dekat dengan dua universitas tua lainnya yaitu Nalanda dan Odantapuri. Dikatakan bahwa ada lebih dari 100 guru dan sekitar 1.000 mahasiswa di universitas ini. Universitas ini menghasilkan banyak cendekiawan terkemuka yang diundang oleh negara-negara lain untuk menyebarkan ajaran, budaya dan agama Buddha. Universitas tersebut dipuji karena menghasilkan sejumlah tokoh-tokoh besar seperti Ratnavajra, Jetari, Jnana Srimitra, Ratnakirti, Ratnakara Shanti dan lainnya, tetapi yang paling terkenal dan terkemuka di antara semuanya adalah Atisa Dipankara, pendiri ajaran Buddha di Tibet. Mata pelajaran seperti teologi, filsafat, tata bahasa, metafisika, logika, dsb diajarkan di sini, namun cabang ilmu pembelajaran yang paling penting adalah Tantra karena Vikramashila berkembang di masa-masa Tantra, ketika ilmu mistis merupakan subjek yang digemari, baik dalam ajaran Buddhis maupun Hindu. Dikatakan bahwa seperti senat atau dewan akademik universitas modern, terdapat dewan profesor terkemuka untuk mengawasi dan memberi instruksi untuk para guru. Dewan ini juga mengawasi urusan-urusan di Universitas Nalanda. Pertukaran antar guru juga biasanya terjadi. Kerjasama dalam hal eksekusi dan manajemen antara kedua universitas mungkin dikarenakan Raja Dharmapala adalah penyokong kedua universitas tersebut – seperti dewan di masa sekarang. Ijazah dan gelar diberikan kepada mahasiswa oleh raja yang memerintah.”

“Dari penggalian teliti atas situs ini yang awalnya dilakukan oleh Universitas Patna (1960-1969) dan kemudian oleh Survei Arkeologi India (1972-1982), ditemukan sebuah vihara besar bersegi empat dengan stupa di tengahnya, gedung perpustakaan dan sekumpulan stupa persembahan. Ke arah Utara vihara, ditemukan sejumlah bangunan yang tersebar termasuk sebuah vihara bergaya Tibet dan sebuah kuil Hindu.”

“Sejumlah besar barang antik dari bahan yang berbeda-beda, di antaranya fragmen arsitektur, arca dari batu dan patung perunggu baik Buddhis maupun Hindu, prasasti, koin perak dan tembaga, pelat terakota (tembikar), patung terakota manusia, hewan dan burung, tanda segel, mainan, penggaruk kulit, tasbih dari batu, kaca dan terakota serta sejumlah besar peralatan dari tanah liat yang ditemukan di tempat ini selama penggalian, memberikan titik terang tentang sejarah, seni dan arsitektur dari Dinasti Pala.”

***
Courtesy: Nalanda Mahavihara, India
Archaeological Survey of India

Anda dapat meninggalkan respon, atau telusuri dari web Anda.

Komentar Anda

  • Berlangganan Milis



  • Powered by WordPress