noscript-img

Pusat-pusat Pembelajaran Lainnya di India

1. Odantapura

“Nalanda merupakan insitusi tua – berfungsi lebih dari dua abad sebagai Mahavihara – ketika Gopala, pendiri dinasti Pala, membangun kota baru Odantapura di Magadha, dengan pemikiran agar Odantapura tumbuh menjadi pusat pembelajaran Buddhadharma seperti Nalanda yang didirikan oleh para raja Gupta. Jadi, ia mendirikan suatu Mahavihara dengan jarak yang dekat dari Nalanda, yaitu sekitar enam mil …. Odantapura baru yang dibangun awal pertengahan abad ke-8 mempunyai tata letak dan struktur yang lengkap. Biara Tibet pertama di Sam-Yas yang dibangun pada tahun 749 Masehi adalah berdasarkan model Odantapura.”

“Jika biara Sam-Yas benar-benar dibangun berdasarkan model Odantapura, beberapa kesimpulan dapat ditarik mengenai Odandapura dari arsitektur yang megah dan rinci, berdasarkan replika Tibetnya.”

“Biara Sam-Yas sendiri hanya tinggal reruntuhan sejak berabad-abad yang lalu, namun pada tahun 1874 ketika Nain Singh, salah satu kolaborator Waddell dalam eksplorasinya di Tibet, tinggal untuk beberapa waktu di reruntuhan itu, menemukan bahwa bagian-bagian tertentu dari bangunan aslinya masih tetap ada. Uraian mengenai sisa-sisa reruntuhan tersebut diceritakan kembali oleh Waddell:

‘Universitas biara yang terdiri dari sebuah biara besar, empat fakultas besar, serta beberapa bangunan lainnya – dikelilingi oleh dinding tinggi dengan kelilingnya sekitar satu setengah mil, dengan gerbang-gerbang menghadap arah kardinal, dan sepanjang bagian atas dinding terdapat banyak caitya dari batu bata, dimana, penjelajah Nain Singh menemukan sebanyak 1.030 caitya dan semuanya tampak dipenuhi ukiran huruf India kuno. Di tengah-tengah pagar yang mengelilingi, terdapat tempat berkumpul (aula), dengan beranda mengarah ke empat kapel, menghadap empat sisi biara yang besar dengan jarak yang sama … simbol-simbol dan gambar-gambar dalam biara ini terbuat dari emas murni, penuh dihiasi dengan ornamen-ornamen dari kain dan permata berharga. Tempat lilin dan bejana hampir semuanya terbuat dari emas dan perak.” Dan pada dinding biara terdapat banyak ukiran dalam tulisan Cina dan India kuno. Di ruang depan biara utama, di sebelah kiri pintu, terdapat gambar besar Lingkaran Kehidupan (Bhavacakra; Wheel of Life).’”

Hingga saat ini, prinsip-prinsip dasar desain dan tata letak biara Sam-Yas dijadikan contoh, diadaptasi dan digunakan sebagai cetakan biru untuk pembangunan sebagian besar, atau mungkin seluruh biara di Tibet, dan juga masa kini di India.
Universitas biara yang ada saat ini benar-benar merupakan replika yang hidup dari biara-biara yang bermula di India berabad-abad lalu.

2. Vikramashila

“Situs Vikramashila dikatakan berada di sekitar “Timur Magadha,” di hilir Sungai Gangga, mungkin terletak di suatu tempat di salah satu anak Sungai Gangga yang melintasi dataran Benggala dan Bihar.”

“Keagungan Nalanda di masa lampau tampaknya beralih ke Vikramashila pada masa Dinasti Pala. Dalam catatan-catatan Tibet, Vikramashila memiliki keagungan yang sama dengan Nalanda dalam catatan-catatan Cina … Karena tiadanya sisa reruntuhan yang dapat diidentifikasi, maka bukti-bukti yang terdapat dalam catatan Tibet harus diandalkan. Pada masa jayanya, Vikramashila dikenal dengan baik oleh orang-orang Tibet. Para cendekiawan dan pengunjung dari Tibet sangat tertarik pada Vikramashila. Terdapat interaksi antara Vikramashila dengan pusat-pusat pembelajaran Tibet. Oleh karena itu, tradisi-tradisi Tibet mengenai Vikramashila dapat diandalkan otentisitasnya.”

“Tradisi-tradisi tersebut sependapat bahwa lokasi Vikramashila terletak di atas bukit di tepi Sungai Gangga. Sumpa menguraikan Vikramashila sebagai mahavihara yang dikelilingi dinding, yang konon dibangun oleh Buddhajnana-pratistha; di luar dinding yang mengelilingi biara tersebut dan mungkin sepanjang kelilingnya terdapat 107 biara; di dalamnya terdapat 58 ‘samstha‘ (institusi) dimana 108 pandita (profesor) tinggal.”

“Penjaga Gerbang Nalanda, pasti adalah bhikshu yang sangat terpelajar, yang disebut ‘men-che‘ dalam tulisan Cina, sedangkan di Vikramashila disebut ‘go-srun‘ dalam bahasa Tibet. Baik istilah Cina maupun istilah Tibet tersebut memiliki makna yang sama. Nalanda mempunyai satu gerbang, sedangkan Vikramashila memiliki enam gerbang, masing-masing ‘dijaga’ oleh seorang ‘go-srun‘ atau Dvara-pala (Penjaga Gerbang) dalam bahasa Sanskerta. Menurut catatan Cina, fungsi seorang ‘go-srun’ atau Dvara-pala di Nalanda adalah untuk mengevaluasi kualifikasi dari calon murid yang ingin memasuki salah satu ‘sekolah debat.’”

“Pada masa Raja Canaka (955-983), para Penjaga Gerbang di Vikramashila adalah: (1) Acharya Ratnakarashanti (Gerbang Timur), (2) Vagishvarakirti (Gerbang Barat), (3) Naropa (Gerbang Utara), (4) Prajnakaramati (Gerbang Selatan), (5) Ratnavajra (Gerbang Tengah pertama), dan (6) Jnanashrimitra (Gerbang Tengah kedua). Mereka semua adalah cendekiawan yang sangat terkenal, yang karya-karyanya tercatat dalam kumpulan “Tengyur” Tibet (ulasan/shastra).

Salah satu upadhivarika/upadhyaya (Direktur dan Rektor Biara) yang terkenal di Vikramashila adalah Acharya Dipamkara Shrijnana.

Setelah belajar di Suwarnadwipa selama 12 tahun, Acharya Dipamkara Shrijnana kembali ke India pada usia 44 tahun. Selama 15 tahun di India setelah kembali dari Suwarnadwipa dan sebelum ke Tibet, aktivitas-aktivitas beliau terpusat di beberapa pusat pembelajaran pada masa itu, seperti: Nalanda, Odantapuri, Somapuri, Jagaddala dan sebagainya. Kemudian Raja Nayapala dari Magadha meminta Acharya Dipamkara Shrijnana untuk menjabat sebagai Kepala Mahavihara Vikramashila. Di sinilah beliau tinggal dan berkarya. Selama berkarya, beliau berkali-kali diundang ke Tibet untuk menyebarkan ajaran Buddhadharma di negeri tersebut. Pada awalnya beliau berencana mengunjungi Tibet selama 3 tahun, namun akhirnya diperpanjang hingga 13 tahun sampai beliau wafat di tahun 1054.

3. Somapura

Mahavihara Dharmapala Somapura terletak di propinsi Pundravardhana di India Utara.

4. Jagaddala

Mahavihara Jagaddala terletak di Benggala Utara di daerah yang dikenal sebagai Varendra. Tempat ini menjadi pusat para pakar Tantra.

Sumber: Buddhist Monks and Monasteries of India – Their History and Their Contribution to Indian Culture (1962) by Sukumar Dutt, Ph.D. New Delhi: Motilal Banarsidass Publishers Pvt. Ltd.

Anda dapat meninggalkan respon, atau telusuri dari web Anda.

Komentar Anda

  • Berlangganan Milis



  • Powered by WordPress